Minggu, 04 November 2012

keterampilan mengelola kelas


BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
I.       Pengertian
Menurut Raka Joni, dkk (1999;60-61) yang dimaksud dengan keterampilan mengelola kelas adalah upaya guru untuk menciptakan dan memelihara serta mengembalikan kondisi belajar yang optimal, bila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan. Sebaiknya guru bertindak untuk mengembalikannya ke situasi belajar yang optimal maka tindakan tersebut termasuk mendisiplinkan kelas.
Menurut Buchari Alma (2010; 81) menjelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.
Sedangkan menurut Tim Mata Kuliah Micro dalam buku Micro Teaching (2012), keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi ganguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas merupakan nketerampilan guru untuk membentuk , menjaga serta mengembalikan suasana belajar yang kondusif dan optimal agar terbentuknya proses belajar yang efektif tanpa adanya gangguan dengan cara mendisiplinkan kelas.
II.    Prinsip Penggunaan
Dalam melaksanakan komponen keterampilan mengelola kelas, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.

2.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, aau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi
Penggunaan variasi media, gaya dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.
4.      Keluwesan
Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya utnuk mencegah gangguan yang timbul.
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal yang negatif.
6.      Penanaman disiplin diri
Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi conoh perbuatan guru sehari-hari.
III. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
A.    Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini bekaitan dengan kemampuan guru mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran pelajaran serta kegiatan terdiri dari 6 keterampilan, yaitu:
1.      Menunjukkan sikap tanggap
Keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru kepada siswa bahwa guru sadar serta tanggap terhadap perhatian keterlibatan, malahan juga tanggap terhadap ketidakacuhan dan ketidakterlibatan mereka dalam kegiatan di kelas. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara:
a.       Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk berdialog, bekerjasama, dan menunjukkan rasa persahabatan.
b.      Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian terhadap tugas serta aktivitas siswa.
c.       Tanggapnya guru dapat engkomunikasikan kepada siswa melalui pertanyaan kegiatan belajar serta siap untuk memberi respon terhadap kebutuhan siswa di kelas.
d.      Memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan maka guru dapat memberikan reaksi dalam bentuk teguran. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.
2.      Membagi perhatian
Penglolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilaksanakan dalam dua cara, yaitu:
a.       Visual
Dalam hal ini guru mengalihkan pandangannya dari satu kegiatan kepada kegiatan yang lain sedemikian rupa sehingga ia mengadakan suatu kontak pandang yang singkat terhadap sekelompok siswa atau seorang siswa secara individu. Hal ini menunjukan perhatian guru terhadap siswa tertentu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok atau siswa yang lain.
b.      Verbal
Guru dapat komentar singkat terhadap aktivitas seseorang siswa yang dilihatnya atau yang dilaporkan oleh siswa tersebut, sementara itu ia terlibat dalam supervise atau memimpin kegiatan siswa yang lain.
Penggunaan teknik visual maupun verbal ini menunjukkan bahwa guru menguasai kelas, dan terutama digunakan dalam mengajar kelompok kecil atau mengajar atas dasar perbedaan individu.
3.      Memusatkan perhatian kelompok
Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar kelompok dapat dipertahankan bila dari waktu ke waktu, guru mampu memusatkan kelompok erhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara-cara berikut:
a.       Menyiapkan siswa,
b.      Menurut tanggung jawab siswa,
Komunikasi yang jelas dari guru mengenai kegiatan siswa baik individu maupun kelompok merupakan hal yang sangat penting di dalam mempertahankan pusat perhatian kelompok. Dalam teknik ini guru dapat memberikan instruksi kepada siswa agar mereka memperagakan, melaporkan hasil, atau membuktikan hasil kegiatan mereka, baik individu maupun kelompok kepada teman-teman sekelasnya.
4.      Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Komponen ini berhubungan dengan petunjuk guru yang disampaikan secara jelas dan singkat kepada siswa, baik untuk seluruh kelas, kelompok maupun perorangan. Dalam kegiatan harian di kelas guru sering kali perlu memberikan petunjuk-petunjuk khusus kepada siswa tentang aspek-aspek dari pelajaran, tentang suatu  kegiatan tertentu, atau tentang pola tingkah laku mereka. Untuk hal ini, petunjuk guru haruslah bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas, dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar yang dapat dipenuhi oelh siswa.
5.      Menegur
Teguran verbal yang efektif harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang harus dihentikan.
b.      Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan.
c.       Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
d.      Guru dan siswa dapat membuat aturan-aturan atau prosedur-prosedur tertentu sebagai bagian daripada “memberikan peringatan”. Hal inipun dimaksudkan untuk memperkecil “ancaman” atau dominasi guru, sebaliknya menanamkan disiplin diri siswa sendiri.

6.      Memberi penguatan
Tujuan dan cara penggunaan komponen keterampilan memberikan penguatan dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar atau mengganggu temannya. Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua macam cara, yaitu:
a.       Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu yaitu dengan jalan “merespon atau mendekati” siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang wajar yang menunjukkan keterlibatannya dalam tugas dan juga berusaha “merespon dan mendekati” pada waktu ia bertingkah laku tidak wajar, kemudian menegurnya. Jadi maksudnya agar sikap yang wajar dari siswa tersebut timbul kembali.
b.      Guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa lain yang bertingkah laku wajar, dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tindakan positif bagi siswa yang suka mengganggu.
B.     Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respom guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru:
1.      Memodifikasi tingkah laku
Lima langkah di dalam mengorganisir pendekatan modifikasi tingkah laku, yaitu:
a.       Merinci secara tepat tingkah laku yang menimbulkan masalah berupa gangguan, atau tidak terlibat dala tugas, kemudian mencatat kekerapan dari tingkah laku tersebut.
b.      Memilih suatu norma atau tolak ukur yang realistic untuk tingkat tingkah laku yang akan menjadi tujuan dalam program remedial yang akan dilaksanakan.
c.       Guru dapat bekerjasama dengan rekan sekerja, orang tua, atau konselor untuk mengorganisir suatu pengamatan dan sistem penyimpangan data atau catatan ddalam program tersebut utnuk mengukur perubahan tingkah laku, dan untuk melaporkan kemajuan atau perkembangannya kepada siswa dan orang tua.
d.      Guru memilih dengan teliti tingkah laku yang akan diperbaiki setelah dipertimbangkan tingkah laku yang lebih mudah utnuk diubah, tingkah laku yang paling mengganggu dan menjengkelkan yang sering muncul.
e.       Guru harus mempunyai berbagai cara yang luas dan pola penguatan yang siap untuk digunakan dalam meningkatkan tingkah laku yang diinginkan, mengajar tingkah laku yang baru, atau mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yan gtidak diinginkan.
2.      Pengelolaan kelompok
Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh para guru sebagai salah satu alternative dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Ada dua jenis keterampilan yang diperlukan dalam hal ini, yaitu:
a.       Memperlancar tugas-tugas. Kegiatan ini meliputi empat pola pada tingkah laku gutu, yaitu:
1)      Mengusahakan terjadinya kerjasama dan kesatuan dalam tugas.
2)      Menetapkan stadar dan mengkoordinasikan prosedur kerja.
3)      Memperbaiki kondisi di dalam sistem dengan menggunakan pemecahan masalah melalui diskusi, analisis serta saran-saran siswa mengenai masalah kelas, dan
4)      Memodifikasi kondisi di kelas kea rah yang lebih baik.
b.      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok. Tugas ini meliputi tiga jenis pola tingkah laku guru untuk mendukung dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, yaitu:
1)      Memelihara dan memulihkan semangat siswa.
2)      Menangani konflik yang timbul, dan
3)      Meminimalkan masalah-masalah pengelolaan.
3.      Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Pendekatan untuk menangani tingkah laku yang menimbulkan masalah di kelas haruslah berdasarkan pada du premis, yaitu:
a.       Bahwa tingkah laku yang keliru merupakan gejala yang timbul oleh satu atau sejumlah sebab, dan
b.      Bahwa luasnya tindakan yang akan diambil untuk mengidentifikasi dan memperbaiki sebab-sebab dasar tersebut akan sangat menentukan berkurangnya tingkah laku yang keliru. Beberapa tekni yang dapat diterapkan guru menurut marshal (dalam Raka Joni, dkk; 1999), yaitu:
1)      Pengabaian yang direncanakan.
2)      Campur tangan dengan isyarat.
3)      Mengawasi dari dekat.
4)      Mengakui perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan negative.
5)      Meningkatkan kesadaran siswa .
6)      Memindahkan benda-benda yang bersifat mengganggu.
7)      Menyusun kembali program belajar.
8)      Menghilangkan ketegangan dengan humor.
9)      Memindahkan penyebab gangguan.
10)  Pengekangan fisik.
11)  Pengasingan.
IV. Hal-Hal yang Harus Dihindari
Menurut Buchari Alma (2010; 84), beberapa hal yang perlu dihindari dalam mengelola kelas, yaitu:
1.      Campur tangan yang berlebihan.
Dalam Raka Joni (1999; 70), Apabila seorang guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan atau petunjuk yang mendadak, maka kegiatan itu akan tergantung atau terputus. Hal ini akan memberi kesan keapda siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatkan dan kebutuhan mereka, dan hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.
2.      Kelenyapan atau penghentian suatu pembicaraan atau kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3.      Ketidaktepatan memulai dan menutup pelajaran.
Dalam Raka Joni (1999; 71), kekeliruan ini timbul bilamana guru memulai sesuatu aktivitas tanpa mengakhiri cara tuntas aktivitas sebelumnya. Dapat juga ia menghentikan kegiatan yang pertama, memulai yang kedua kemudian kembali lagi pada beberapa bagian dari kegiatan yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak dapat mengendalikan kelas dengan baik serta dapat merusak kelancaran, malahan akan membingungkan siswa maupun guru sendiri.
4.      Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
Dalam Raka Joni (1999; 71), selama penyampaian pelajaran, guru dapat menjadi sangat asyik dalam suatu kegiatan atau suatu bahan tertentu yang menyebabkan ia menyimpang selama eberpaa waktu. Penyimpangan ini dapat mengakibatkana gangguan dalam kelancaran kegiatan di kelas.
5.      Bertele-tele
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat:
a.       Mengulang-ulangi hal-hal tertentu.
b.      Memperpanjang pelajaran atau keterangan.
c.       Mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang lebar tentang pola tingkah laku siswa kurang patut.
Bertele-tele merupakan hambatan bagi kemajuan pelajaran atau aktivitas, dan siswa pada umunya mencatat hal ini sebagai sesuatu yang membosankan dan mereka cenderung beraksi kea rah mengganggu atau tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar.(Raka Joni,1999)
6.      Pengulangan penjelasan yang tak diperlukan
Tingkah laku yang dapat memperlambat aktivitas terjadi bila guru secara tidak perlu membagi-bagi kelas dalam memberikan penjelasan atau petunjuk, atau secara terpisah-pisah memberi petunjuk bagi setiap anggota kelompok, yang sebenarnya dapat diberikan kepada seluruh kelas atau kelompok secara bersama-sama.





BAB III
PENUTUP
I.       Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, dapat di simpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan yang dimiliki oleh guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta untuk mengembangkan kembali kondisi belajar yang optimal, jika terdapat gangguan dalam proses belajar.
Adapun prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1.      Kehangatan dan keantusiasan,
2.      Tantangan,
3.      Bervariasi,
4.      Keluwesan,
5.      Penekanan kepada hal yang positif,
6.      Penanaman disiplin diri.
Sedangkan komponen keterampilan mengelola kelas ini yaitu:
1.      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal,
2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
II.    Saran
Dalam makalah ini terdapat berbagai informasi yang dapat digunakan agar kita dapat memahami dan mempraktekkan bagaimana cara menciptakan kondisi yang optimal  saat belajar. Semoga isi makalah ini dapat bermanfaat oleh pembaca dan penulis sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Raka Joni, dkk. 1999. Pengajaran Mikro. Padang; Pusat Sumber Belajar.
Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung; Alfabeta.
Tim mata kuliah mikro. 2012. Micro Teaching. Padang; Sukabina Perss.
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung; Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar