BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
I.
Pengertian
Menurut
Raka Joni, dkk (1999;60-61) yang dimaksud dengan keterampilan mengelola kelas
adalah upaya guru untuk menciptakan dan memelihara serta mengembalikan kondisi
belajar yang optimal, bila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang
bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.
Sebaiknya guru bertindak untuk mengembalikannya ke situasi belajar yang optimal
maka tindakan tersebut termasuk mendisiplinkan kelas.
Menurut
Buchari Alma (2010; 81) menjelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas adalah
keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna
terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.
Sedangkan
menurut Tim Mata Kuliah Micro dalam buku Micro
Teaching (2012), keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan
ke kondisi yang optimal jika terjadi ganguan, baik dengan cara mendisiplinkan
ataupun melakukan kegiatan remedial.
Dari
beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa keterampilan mengelola
kelas merupakan nketerampilan guru untuk membentuk , menjaga serta
mengembalikan suasana belajar yang kondusif dan optimal agar terbentuknya
proses belajar yang efektif tanpa adanya gangguan dengan cara mendisiplinkan
kelas.
II.
Prinsip
Penggunaan
Dalam
melaksanakan komponen keterampilan mengelola kelas, ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kehangatan
dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar dapat
menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, aau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan variasi media, gaya dan interaksi belajar
mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah
laku positif siswa.
4. Keluwesan
Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam
mengubah strategi mengajarnya utnuk mencegah gangguan yang timbul.
5. Penekanan
pada hal-hal yang positif
Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian siswa pada hal yang negatif.
6. Penanaman
disiplin diri
Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri
sendiri dengan cara memberi conoh perbuatan guru sehari-hari.
III. Komponen Keterampilan Mengelola
Kelas
A. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal.
Keterampilan ini bekaitan dengan kemampuan guru
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran pelajaran serta kegiatan
terdiri dari 6 keterampilan, yaitu:
1. Menunjukkan
sikap tanggap
Keterampilan
ini menggambarkan tingkah laku guru kepada siswa bahwa guru sadar serta tanggap
terhadap perhatian keterlibatan, malahan juga tanggap terhadap ketidakacuhan
dan ketidakterlibatan mereka dalam kegiatan di kelas. Kesan ketanggapan ini
dapat ditunjukkan dengan berbagai cara:
a. Memandang
secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta
interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk
berdialog, bekerjasama, dan menunjukkan rasa persahabatan.
b. Gerak
guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan,
minat, dan perhatian terhadap tugas serta aktivitas siswa.
c. Tanggapnya
guru dapat engkomunikasikan kepada siswa melalui pertanyaan kegiatan belajar
serta siap untuk memberi respon terhadap kebutuhan siswa di kelas.
d. Memberikan
reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan maka guru dapat memberikan reaksi
dalam bentuk teguran. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat serta
dialamatkan pada sasaran yang tepat.
2. Membagi
perhatian
Penglolaan
kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa
kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat
dilaksanakan dalam dua cara, yaitu:
a. Visual
Dalam
hal ini guru mengalihkan pandangannya dari satu kegiatan kepada kegiatan yang
lain sedemikian rupa sehingga ia mengadakan suatu kontak pandang yang singkat
terhadap sekelompok siswa atau seorang siswa secara individu. Hal ini
menunjukan perhatian guru terhadap siswa tertentu namun tidak kehilangan
keterlibatannya dengan kelompok atau siswa yang lain.
b. Verbal
Guru dapat komentar
singkat terhadap aktivitas seseorang siswa yang dilihatnya atau yang dilaporkan
oleh siswa tersebut, sementara itu ia terlibat dalam supervise atau memimpin
kegiatan siswa yang lain.
Penggunaan
teknik visual maupun verbal ini menunjukkan bahwa guru menguasai kelas, dan
terutama digunakan dalam mengajar kelompok kecil atau mengajar atas dasar
perbedaan individu.
3. Memusatkan
perhatian kelompok
Keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar kelompok dapat dipertahankan bila dari waktu ke
waktu, guru mampu memusatkan kelompok erhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara-cara berikut:
a. Menyiapkan
siswa,
b. Menurut
tanggung jawab siswa,
Komunikasi yang jelas dari guru mengenai
kegiatan siswa baik individu maupun kelompok merupakan hal yang sangat penting
di dalam mempertahankan pusat perhatian kelompok. Dalam teknik ini guru dapat
memberikan instruksi kepada siswa agar mereka memperagakan, melaporkan hasil,
atau membuktikan hasil kegiatan mereka, baik individu maupun kelompok kepada
teman-teman sekelasnya.
4. Memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas
Komponen
ini berhubungan dengan petunjuk guru yang disampaikan secara jelas dan singkat
kepada siswa, baik untuk seluruh kelas, kelompok maupun perorangan. Dalam
kegiatan harian di kelas guru sering kali perlu memberikan petunjuk-petunjuk
khusus kepada siswa tentang aspek-aspek dari pelajaran, tentang suatu kegiatan tertentu, atau tentang pola tingkah
laku mereka. Untuk hal ini, petunjuk guru haruslah bersifat langsung, dengan
bahasa yang jelas, dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar
yang dapat dipenuhi oelh siswa.
5. Menegur
Teguran
verbal yang efektif harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tegas
dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya
yang harus dihentikan.
b. Menghindari
peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan.
c. Menghindari
ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
d. Guru
dan siswa dapat membuat aturan-aturan atau prosedur-prosedur tertentu sebagai
bagian daripada “memberikan peringatan”. Hal inipun dimaksudkan untuk
memperkecil “ancaman” atau dominasi guru, sebaliknya menanamkan disiplin diri
siswa sendiri.
6. Memberi
penguatan
Tujuan
dan cara penggunaan komponen keterampilan memberikan penguatan dapat digunakan
untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar atau
mengganggu temannya. Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua macam cara,
yaitu:
a. Guru
dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu yaitu dengan jalan
“merespon atau mendekati” siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah
laku yang wajar yang menunjukkan keterlibatannya dalam tugas dan juga berusaha
“merespon dan mendekati” pada waktu ia bertingkah laku tidak wajar, kemudian
menegurnya. Jadi maksudnya agar sikap yang wajar dari siswa tersebut timbul
kembali.
b. Guru
dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa lain yang bertingkah
laku wajar, dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tindakan
positif bagi siswa yang suka mengganggu.
B. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respom guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan. Beberapa strategi yang dapat
digunakan oleh guru:
1. Memodifikasi
tingkah laku
Lima
langkah di dalam mengorganisir pendekatan modifikasi tingkah laku, yaitu:
a. Merinci
secara tepat tingkah laku yang menimbulkan masalah berupa gangguan, atau tidak
terlibat dala tugas, kemudian mencatat kekerapan dari tingkah laku tersebut.
b. Memilih
suatu norma atau tolak ukur yang realistic untuk tingkat tingkah laku yang akan
menjadi tujuan dalam program remedial yang akan dilaksanakan.
c. Guru
dapat bekerjasama dengan rekan sekerja, orang tua, atau konselor untuk
mengorganisir suatu pengamatan dan sistem penyimpangan data atau catatan ddalam
program tersebut utnuk mengukur perubahan tingkah laku, dan untuk melaporkan
kemajuan atau perkembangannya kepada siswa dan orang tua.
d. Guru
memilih dengan teliti tingkah laku yang akan diperbaiki setelah dipertimbangkan
tingkah laku yang lebih mudah utnuk diubah, tingkah laku yang paling mengganggu
dan menjengkelkan yang sering muncul.
e. Guru
harus mempunyai berbagai cara yang luas dan pola penguatan yang siap untuk
digunakan dalam meningkatkan tingkah laku yang diinginkan, mengajar tingkah
laku yang baru, atau mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yan gtidak
diinginkan.
2. Pengelolaan
kelompok
Pendekatan pemecahan
masalah kelompok dapat dikerjakan oleh para guru sebagai salah satu alternative
dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Ada dua jenis keterampilan
yang diperlukan dalam hal ini, yaitu:
a. Memperlancar
tugas-tugas. Kegiatan ini meliputi empat pola pada tingkah laku gutu, yaitu:
1) Mengusahakan
terjadinya kerjasama dan kesatuan dalam tugas.
2) Menetapkan
stadar dan mengkoordinasikan prosedur kerja.
3) Memperbaiki
kondisi di dalam sistem dengan menggunakan pemecahan masalah melalui diskusi,
analisis serta saran-saran siswa mengenai masalah kelas, dan
4) Memodifikasi
kondisi di kelas kea rah yang lebih baik.
b. Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok. Tugas ini meliputi tiga jenis pola tingkah laku
guru untuk mendukung dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, yaitu:
1) Memelihara
dan memulihkan semangat siswa.
2) Menangani
konflik yang timbul, dan
3) Meminimalkan
masalah-masalah pengelolaan.
3. Menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Pendekatan
untuk menangani tingkah laku yang menimbulkan masalah di kelas haruslah
berdasarkan pada du premis, yaitu:
a. Bahwa
tingkah laku yang keliru merupakan gejala yang timbul oleh satu atau sejumlah
sebab, dan
b. Bahwa
luasnya tindakan yang akan diambil untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
sebab-sebab dasar tersebut akan sangat menentukan berkurangnya tingkah laku
yang keliru. Beberapa tekni yang dapat diterapkan guru menurut marshal (dalam
Raka Joni, dkk; 1999), yaitu:
1) Pengabaian
yang direncanakan.
2) Campur
tangan dengan isyarat.
3) Mengawasi
dari dekat.
4) Mengakui
perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan negative.
5) Meningkatkan
kesadaran siswa .
6) Memindahkan
benda-benda yang bersifat mengganggu.
7) Menyusun
kembali program belajar.
8) Menghilangkan
ketegangan dengan humor.
9) Memindahkan
penyebab gangguan.
10) Pengekangan
fisik.
11) Pengasingan.
IV. Hal-Hal yang Harus Dihindari
Menurut
Buchari Alma (2010; 84), beberapa hal yang perlu dihindari dalam mengelola
kelas, yaitu:
1. Campur
tangan yang berlebihan.
Dalam Raka Joni (1999; 70), Apabila seorang guru
menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan atau
petunjuk yang mendadak, maka kegiatan itu akan tergantung atau terputus. Hal
ini akan memberi kesan keapda siswa bahwa guru tidak memperhatikan
keterlibatkan dan kebutuhan mereka, dan hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.
2. Kelenyapan
atau penghentian suatu pembicaraan atau kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3. Ketidaktepatan
memulai dan menutup pelajaran.
Dalam Raka Joni (1999; 71), kekeliruan ini timbul
bilamana guru memulai sesuatu aktivitas tanpa mengakhiri cara tuntas aktivitas
sebelumnya. Dapat juga ia menghentikan kegiatan yang pertama, memulai yang
kedua kemudian kembali lagi pada beberapa bagian dari kegiatan yang pertama.
Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak dapat mengendalikan kelas dengan baik serta
dapat merusak kelancaran, malahan akan membingungkan siswa maupun guru sendiri.
4. Penyimpangan,
terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
Dalam
Raka Joni (1999; 71), selama penyampaian pelajaran, guru dapat menjadi sangat
asyik dalam suatu kegiatan atau suatu bahan tertentu yang menyebabkan ia
menyimpang selama eberpaa waktu. Penyimpangan ini dapat mengakibatkana gangguan
dalam kelancaran kegiatan di kelas.
5. Bertele-tele
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru
bersifat:
a. Mengulang-ulangi
hal-hal tertentu.
b. Memperpanjang
pelajaran atau keterangan.
c. Mengubah
suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang lebar
tentang pola tingkah laku siswa kurang patut.
Bertele-tele merupakan hambatan bagi kemajuan
pelajaran atau aktivitas, dan siswa pada umunya mencatat hal ini sebagai
sesuatu yang membosankan dan mereka cenderung beraksi kea rah mengganggu atau
tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar.(Raka Joni,1999)
6. Pengulangan
penjelasan yang tak diperlukan
Tingkah laku yang dapat memperlambat aktivitas
terjadi bila guru secara tidak perlu membagi-bagi kelas dalam memberikan penjelasan
atau petunjuk, atau secara terpisah-pisah memberi petunjuk bagi setiap anggota
kelompok, yang sebenarnya dapat diberikan kepada seluruh kelas atau kelompok
secara bersama-sama.
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Dari
penjelasan makalah di atas, dapat di simpulkan bahwa keterampilan mengelola
kelas merupakan keterampilan yang dimiliki oleh guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, serta untuk mengembangkan kembali
kondisi belajar yang optimal, jika terdapat gangguan dalam proses belajar.
Adapun
prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1. Kehangatan
dan keantusiasan,
2. Tantangan,
3. Bervariasi,
4. Keluwesan,
5. Penekanan
kepada hal yang positif,
6. Penanaman
disiplin diri.
Sedangkan komponen keterampilan
mengelola kelas ini yaitu:
1. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal,
2. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
II.
Saran
Dalam makalah
ini terdapat berbagai informasi yang dapat digunakan agar kita dapat memahami
dan mempraktekkan bagaimana cara menciptakan kondisi yang optimal saat belajar. Semoga isi makalah ini dapat
bermanfaat oleh pembaca dan penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Raka
Joni, dkk. 1999. Pengajaran Mikro.
Padang; Pusat Sumber Belajar.
Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional: Menguasai Metode dan
Terampil Mengajar. Bandung; Alfabeta.
Tim mata kuliah mikro. 2012. Micro Teaching. Padang; Sukabina Perss.
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung; Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar