Senin, 07 Mei 2012

penyesuaian kerja dan keluarga DA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika orang dewasa dini sudah memasuki dunia pekerjaan, biasanya orang dewasa cenderung merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka biasanya kurang setia atau memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang rendah dan cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih dapat menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Sehubungan dengan penjelasan dewasa awal diatas dan data yang penyusun peroleh dari materi buku tentang masalah pada dewasa awal khususnya dalam penyesuaian diri pada pekerjaan dan keluarga, telah mendorong penyusun untuk mengambil judul untuk tugas makalah Perkembangan Peserta Didik tentang Penyesuaian Diri antara Pekerjaan dan Keluarga pada Dewasa Awal.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penyesuaan diri para dewasa awal dalam pekerjaan?
2.      Bagaimana Penyesuaian diri para dewasa awal dalah keluarga?
1.3.Tujuan
Agar kita dapat mengetahui, mengerti serta mengaplikasi mengenai penyesuaian diri antara pekerjaan dan keluarga dewasa awal.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Penyesuaian Pekerjaan Dewasa Awal
1.      Tahap-tahap penyusaian pekerjaan pada dewasa awal
Dalam memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus melakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
a.       Pilihan pekerjaan
Penyesuaian pertama adalah memilih bidang yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis lainnya supaya ketika bekerja kesehatan mental dan fisiknya dapat dikelola dengan baik. Banyak kasus dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat tetapi dipilih karena besarnya pengaruh sosial yang ada, ini justru menimbulkan ketidakpuasan terhadap hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi kerja sangat menurun.
Penyesuaian peranan seks merupakan dasar bagi penyesuaian pekerjaan. Contohnya, seorang laki-laki tidak dapat puas dengan pekerjaan yang bersifat “maskulin” yang dipilihnya karena tekanan orangtua atau sosial bila ia sebenarnya berminat pada pekerjaan yang bersifat “feminim”.  Beberapa orang telah menentukan pilihannya jauh-jauh hari sebelum mereka bekerja, sehingga jauh-jauh hari juga mereka melatih diri. Sebaliknya, banyak orang dewasa muda bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan dalam bidangnya setelah selesai dari pendidikan SLTA, bahkan yang tamat dari perguruan tinggi.
b.      Stabilitas pilihan pekerjaan
Penyesuaian kedua adalah dalam menentukan pilihan jurusan harus dilakukan dengan mantap. Seberapa jauh tingkat kemantapan pemilihan jurusan bagi seseorang bergantung pada tiga faktor, yaitu pengalaman kerja, daya tarik pribadi terhadap pekerjaan, dan nilai yang terkandung pada pekerjaan yang dipilih. Makin dewasa seseorang, biasanya ia makin menambah nilai yang mendukung kemantapannya terhadap suatu pekerjaan tersebut, daripada orang yang mengerjakan pekerjaan yang lebih menarik atau tawaran gaji yang lebih tinggi.
c.       Penyesuaian diri dengan pekerjaan
Bentuk penyesuaian ketiga yang perlu dilakukan adalah penyesuaian diri terhadap jenis pekerjaan yang telah dipilihnya. Tak dapat dibantah lagi, bahwa faktor yang paling mempengaruhi proses penyesuaian diri seseorang dengan pekerjaannya adalah sikap pekerja itu sendiri. Havighurst, dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya menyimpulkan bahwa ia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum, yaitu :
1.      Sikap kerja yang menopang-masyarakat, pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam dirinya kurang atau tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit kepusan kerja. Orang yang seperti ini sering kali memandang pekerjaannya sebagai beban yang berat dan tidak menyenangkan dan memandang hari depan hanya agar cepat menjalani masa pensiun.
2.      Sikap kerja yang melibatkan ego, para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego, biasanya memperoleh kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang, bekerja merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Karena bekerja dianggap sebagai suatu yang penting, dan mereka ketakutan apabila suatu saat ia dipaksa untuk pensiun.
2.      Penilaian terhadap penyesuaian pekerjaan
Sejauh mana keberhasilan seseorang melakukan penyesuaian diri dalam pekerjaan dapat dinilai dari:
a.       Prestasi kerja
Kriteria pertama terhadap penyesuaian pekerjaan seseorang adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dalam kerja. Bagi banyak dewasa muda mempunyai pekerjaan yang aman, lebih berarti daripada meniti karier ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam penilaian proses penyesuaian, tercapainya harapan seseorang dan diperolehnya rasa puas atas hasil kerjanya merupakan kriteria yang penting. (Freda Leinwand dari Monkmeyer).
Rintangan yang paling serius dan paling umum untuk mencapai apa yang dapat dilakukan adalah ketakutan akan sukses. Contohnya, apabila seseorang memperoleh pekerjaan melalui usaha maksimal, mereka mungkin merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas tersebut dengan penuh keberhasilan. Dalam kondisi seperti ini, dia sadar tentang rendahnya tingkat pencapaian prestasi kerja, atau ia akan menuduh orang lain apabila ia tidak dapat bekerja dengan baik.
b.      Perubahan pekerjaan dengan sukarela
Kriteria kedua dalam proses penyesuaian bidang keahlian seseorang adalah jumlah perubahan yang dilakukan seseorang terhadap kejuruannya atau pekerjaannya. Jumlah ini dapat digunakan sebagai indikator kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan dirinya dengan jurusan dan bidang yang ditekuni selama ini. Mengganti bidang kerja dan menghabiskan waktu untuk melatih karier baru juga merupakan bukti yang menunjukkan bahwa proses penyesuaian mereka sangat jelek.
Sering terjadi perubahan pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita dengan senang hati. Seorang istri yang bekerja, berhasil atau tidak dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, merasa perlu pindah pekerjaan karena ternyata suaminya pindah tugas atau pindah kerja ke lain tempat yang masyarakatnya berbeda.
c.       Kepuasan
Kriteria ketiga dalam penyesuaian bidang kerja adalah tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan. Pada awal usia duapuluhan, sebagian besar orang sudah merasa senang kalau memperoleh pekerjaan, walaupun pekerjaan tersebut tidak seluruhnya menyenangkan dan disukainya, sebab pekerjaan ini telah memberinya kebebasan yang diinginkan sehingga memungkinkannya untuk menikah.
Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi selama pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia tigapuluhan, terutama ketika orang muda tidak dapat menanjak secepat yang mereka harapkan, setelah masa ini biasanya rasa puas mereka meningkat sebagai hasil dari prestasi besar yang dicapai dalam imbalan keuangan yang semakin besar. Rasa puas diperoleh dari prestasi kerjanya. Dan yang lebih penting lagi adalah uang untuk hidup dengan gaya hidup yang mereka inginkan.
3.      Beberapa kondisi yang mempengaruhi kepuasan kerja
1.      Kepuasan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
Pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pekerja lebih memuaskan daripada tidak memenuhi kebutuhan dan minat.
2.      Stres karena kerja
Tanggung jawab terlalu banyak, kerja yang terlalu berat beban, atau perlunya membuat keputusan yang mempengaruhi hidup orang lain cenderung menimbulkan stres.
3.      Pekerjaan yang menarik dan tidak menarik
Makin menarik tugas-tugas yang ada dalam suatu pekerjaan, semakin besar rasa puas yang diperoleh pekerja. Sebaliknya, pekerjaan yang tidak menarik dan membosankan menimbulkan ketidakpuasan.
4.      Perilaku orang penting
Kepuasan pekerja meningkat apabila mereka tahu bahwa keluarganya merasa bangga dengan pekerjaannya dan puas dengan gaji yang mereka terima.
2.2.Penyesuaian Terhadap Keluarga Dewasa Awal
Pada masa remaja individu biasa dalam kondisi yang selalu dicukupi oleh orang tua. Tetapi pada masa dewasa awal sudah agak berbeda keadaanya. Anak yang dulu hanya bisa minta uang sekarang harus atau setidaknya dapat memenuhi kehidupanya sendiri. Pekerjaan adalah jalan keluar untuk memenuhi kebutuhanya tersebut. Apalgi jika telah membentuk keluarga sendiri maka individu harus bisa hidup mandiri dalam memenuhi kebutuhan keluarganya (anak/istri). Penyesuaian seperti inilah yang harus diperhatiakan oleh individu dalam masa perkembangan dewasa awal. Oleh karena itu pekerjaan merupakan salah satu factor utama dalam pemenuhan kebutuhan suatau keluarga dan merupakan salah satu tugas perkembangan dalam tahap dewasa awal.
A.    Keluarga merupakan kelengkapan dalam hidup
Manusia adalah makhluk social, jadi manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Orang lain adalah pelengkap suatu kehidupan. Tidak hanya masyarakat, keluarga (suami/istri) merupakan salah satu pelengkap dalam hidup. Jadi hidup merupakan suatu kesatuan gesalt, tidak terpecah-pecah dalam satu persatu individu melainkan dalamm kesatuan social.
Tetapi keluarga juga bukan hanya merupakan suatu pelengkap tetapi juga merupakan suatu kebutuhan dan tugas perkembangan dari dewasa awal. Dianatara kebutuhan utama dan kuat mendorong individu untuk hidup berkeluarga secara umum adalah kebutuhan material, seksual, dan psikologis (L.Saxton, 1969). Kebutuhan seseorang menurut maslow antara lain adalah kebutuhan jasmani, keamanan, kebutuhan untuk memiliki dan cinta, harga diri, aktualisasi diri, kebutuhan untuk tahu dan mengerti, dan yang terakhir adalah kebutuhan estetis. Keluarga merupakan kesatuan dari tujuh kebutuhan menurut maslow tersebut. Oleh karena itu keluarga merupakan puncak dari kebutuhan manusia dan merupakan pelengkap hidup manusia sekaligus pemenuhan dari tugas perkembangan dewasa manusia.
Hidup berkeluarga sebagai satu diantara aspek kehidupan pada masa dewasa awal. Dalam membentuk keluraga individu dihadapkan pada berbagai keanekaragaman liku-liku. Ada beberapa area pembahasan yang cukup penting antara lain :
1.      Persiapan hidup berkeluarga
Persiapan ini meliputi pemilihan pasangan, mencari pekerjaan dll. Memilih pasangan sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Pemilihan pasangan oleh orang tua
Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk menyatukan ekonomi dua keluarga, mempertahankan status social, dll. Tetapi cara ini sekarang telah banyak ditinggalkan seiring modernisasi dalam segala bidang
b.      Pemilihan pasangan yang dilakukan oleh pasangan itu sendiri
Pemilihan sepeti ini biasa dilakukan oleh orang pada jaman sekarang ini.
c.       Jalan tengah dari kedua cara diatas
Jalan tengah ini bias berupa orang tua menawarkan pilihnnya kepada anak atau anak menawarkan pilihannya kepada orang tua.
2.      Dasar-dasar yang memperkokoh berkeluaraga
a.       Latar belakang pada masa anak mempengaruhi kokohnya suatu rumah tangga. Mereka yang berhasil dalam berumah tangga memiliki latar belakang masa anak-anak sebagai berikut:
·         diasuh dalam keluarga yang harmonis dan bahagia
·         kehidupan masa anak-anak yang bahagia
·         disiplin orang tua yang fleksibel
·         perhatian dari orang tua yang cukup
·         harang terjadi pertengkaran dalam keluarga
·         tidak pernah bertengkar dengan orang tua
·         pendidikan seks yang cukup dari orang tuanya
·         jarang menerima hukuman dari orang tuanya
·         sikap hidup yang sehat
2.      Usia pada saat perkawinan
Usia perkawinan yang baik adalah antara umur 25 – 30 hal ini dikarenakan pada usia ini pasangan telah mempunyai pikiran yang matang. Selain itu perkawinan yang berhasil mempunyai jarak usia antara 4 – 7 tahun (wanita lebih muda).
3.      Kesiapan pekerjaan
Telah disampaikan di depan bahwa pekerjaan merupakan salah satu nsyarat untuk menikah.
4.      Kematangan emosional
Kematangan emosional dalam berumah tangga antara lain bercirikan :
·         Kasih sayang, kasih sayang yang dalam dan diwujudkan secara wajar
·         Emosi terkendali, dapat mengendalikan emosi terhadap pasanganya misalnya marah, cemburu , dll
·         Emosi terbuka-lapang, dapat menerima saran atau kritik dari pasangan
·         Emosi terarah, dapat mengendalikan emosi sehingga segala permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala dingin.




BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Salah satu tugas perkembangan seseorang yang telah memasuki masa dewasa awal adalah memasuki dunia kerja dan karier. Dalam proses perjalanan dalam fase ini, seseorang ditunutut untuk dapat menentukan jenjang karier yang tepat bagi dirinya. Seorang individu dalam menjalani hidupnya ditengah fase ini diharapkan sudah memiliki pekerjaan yang layak dan menjamin.
Ketika orang dewasa sudah memasuki dunia kerja, biasanya orang dewasa cenderung merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka biasanya kurang setia atau memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang rendah dan cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih dapat menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Terdapat beberapa aspek-aspek kerja yang harus diperhatikan pada seseorang yang telah memasuki fase dewasa, diantaranya adalah usia, peran jenis kelamin, perilaku dan performance, dan bagaimana kecenderungan pekerjaan dalam keluarga.
Dalam memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus malakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
1.      Pilihan pekerjaan
2.      Stabilitas pilihan pekerjaan
3.      Penyesuaian diri dengan pekerjaan
3.2.Saran
Dalam pnulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

1.                                          . 2008. Keluarga Dewasa Awal. http://ch08.multiply.com. 21 September 2008.
2.      Ayumeilana. 2010. penyesuaian diri antara pekerjaan dan keluarga pada dewasa awal. http://ayumeilana.blogspot.com. Sabtu, 30 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar