BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika
orang dewasa dini sudah memasuki dunia pekerjaan, biasanya orang dewasa
cenderung merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka
biasanya kurang setia atau memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang rendah
dan cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih
dapat menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Sehubungan
dengan penjelasan dewasa awal diatas dan data yang penyusun peroleh dari materi
buku tentang masalah pada dewasa awal khususnya dalam penyesuaian diri pada
pekerjaan dan keluarga, telah mendorong penyusun untuk mengambil judul untuk
tugas makalah Perkembangan Peserta Didik tentang Penyesuaian Diri antara Pekerjaan dan Keluarga pada Dewasa Awal.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana
penyesuaan diri para dewasa awal dalam pekerjaan?
2. Bagaimana
Penyesuaian diri para dewasa awal dalah keluarga?
1.3.Tujuan
Agar kita dapat mengetahui, mengerti serta mengaplikasi mengenai
penyesuaian diri antara pekerjaan dan keluarga dewasa awal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Penyesuaian Pekerjaan Dewasa Awal
1. Tahap-tahap penyusaian pekerjaan
pada dewasa awal
Dalam memasuki dunia kerja,
seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus melakukan tahap-tahap
penyesuaian pekerjaan, antara lain:
a. Pilihan
pekerjaan
Penyesuaian pertama adalah memilih bidang yang cocok dengan
bakat, minat dan faktor psikologis lainnya supaya ketika bekerja kesehatan
mental dan fisiknya dapat dikelola dengan baik. Banyak kasus dalam memilih
bidang kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat tetapi dipilih karena
besarnya pengaruh sosial yang ada, ini justru menimbulkan ketidakpuasan
terhadap hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi
kerja sangat menurun.
Penyesuaian peranan seks merupakan dasar bagi penyesuaian
pekerjaan. Contohnya, seorang laki-laki tidak dapat puas dengan pekerjaan yang
bersifat “maskulin” yang dipilihnya karena tekanan orangtua atau sosial bila ia
sebenarnya berminat pada pekerjaan yang bersifat “feminim”. Beberapa orang telah menentukan pilihannya
jauh-jauh hari sebelum mereka bekerja, sehingga jauh-jauh hari juga mereka
melatih diri. Sebaliknya, banyak orang dewasa muda bingung tentang apa yang
akan mereka kerjakan dalam bidangnya setelah selesai dari pendidikan SLTA,
bahkan yang tamat dari perguruan tinggi.
b. Stabilitas pilihan pekerjaan
Penyesuaian kedua adalah dalam menentukan pilihan jurusan
harus dilakukan dengan mantap. Seberapa jauh tingkat kemantapan pemilihan
jurusan bagi seseorang bergantung pada tiga faktor, yaitu pengalaman kerja,
daya tarik pribadi terhadap pekerjaan, dan nilai yang terkandung pada pekerjaan
yang dipilih. Makin dewasa seseorang, biasanya ia makin menambah nilai yang
mendukung kemantapannya terhadap suatu pekerjaan tersebut, daripada orang yang
mengerjakan pekerjaan yang lebih menarik atau tawaran gaji yang lebih tinggi.
c. Penyesuaian diri dengan pekerjaan
Bentuk penyesuaian ketiga yang perlu dilakukan
adalah penyesuaian diri terhadap jenis pekerjaan yang telah dipilihnya. Tak dapat
dibantah lagi, bahwa faktor yang paling mempengaruhi proses penyesuaian diri
seseorang dengan pekerjaannya adalah sikap pekerja itu sendiri. Havighurst,
dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya menyimpulkan bahwa
ia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum, yaitu :
1. Sikap kerja yang
menopang-masyarakat, pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam dirinya
kurang atau tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit kepusan
kerja. Orang yang seperti ini sering kali memandang pekerjaannya sebagai beban
yang berat dan tidak menyenangkan dan memandang hari depan hanya agar cepat
menjalani masa pensiun.
2. Sikap kerja yang
melibatkan ego, para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego, biasanya
memperoleh kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang, bekerja
merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Karena bekerja dianggap sebagai
suatu yang penting, dan mereka ketakutan apabila suatu saat ia dipaksa untuk
pensiun.
2. Penilaian terhadap penyesuaian
pekerjaan
Sejauh mana keberhasilan
seseorang melakukan penyesuaian diri dalam pekerjaan dapat dinilai dari:
a. Prestasi kerja
Kriteria pertama terhadap penyesuaian pekerjaan
seseorang adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dalam kerja. Bagi banyak
dewasa muda mempunyai pekerjaan yang aman, lebih berarti daripada meniti karier
ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam penilaian proses penyesuaian, tercapainya
harapan seseorang dan diperolehnya rasa puas atas hasil kerjanya merupakan
kriteria yang penting. (Freda Leinwand dari Monkmeyer).
Rintangan yang paling serius dan paling umum
untuk mencapai apa yang dapat dilakukan adalah ketakutan akan sukses.
Contohnya, apabila seseorang memperoleh pekerjaan melalui usaha maksimal,
mereka mungkin merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas tersebut dengan
penuh keberhasilan. Dalam kondisi seperti ini, dia sadar tentang rendahnya
tingkat pencapaian prestasi kerja, atau ia akan menuduh orang lain apabila ia
tidak dapat bekerja dengan baik.
b. Perubahan pekerjaan dengan sukarela
Kriteria kedua dalam proses penyesuaian bidang
keahlian seseorang adalah jumlah perubahan yang dilakukan seseorang terhadap
kejuruannya atau pekerjaannya. Jumlah ini dapat digunakan sebagai indikator
kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan dirinya dengan jurusan
dan bidang yang ditekuni selama ini. Mengganti bidang kerja dan menghabiskan
waktu untuk melatih karier baru juga merupakan bukti yang menunjukkan bahwa
proses penyesuaian mereka sangat jelek.
Sering terjadi perubahan pekerjaan yang
dilakukan oleh para wanita dengan senang hati. Seorang istri yang bekerja,
berhasil atau tidak dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, merasa perlu
pindah pekerjaan karena ternyata suaminya pindah tugas atau pindah kerja ke
lain tempat yang masyarakatnya berbeda.
c.
Kepuasan
Kriteria ketiga dalam penyesuaian bidang kerja
adalah tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan.
Pada awal usia
duapuluhan, sebagian besar orang sudah merasa senang kalau memperoleh
pekerjaan, walaupun pekerjaan tersebut tidak seluruhnya menyenangkan dan
disukainya, sebab pekerjaan ini telah memberinya kebebasan yang diinginkan
sehingga memungkinkannya untuk menikah.
Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi selama
pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia tigapuluhan, terutama ketika
orang muda tidak dapat menanjak secepat yang mereka harapkan, setelah masa ini
biasanya rasa puas mereka meningkat sebagai hasil dari prestasi besar yang
dicapai dalam imbalan keuangan yang semakin besar. Rasa puas diperoleh dari
prestasi kerjanya. Dan yang lebih penting lagi adalah uang untuk hidup dengan
gaya hidup yang mereka inginkan.
3. Beberapa kondisi yang mempengaruhi
kepuasan kerja
1.
Kepuasan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
Pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pekerja lebih
memuaskan daripada tidak memenuhi kebutuhan dan minat.
2.
Stres karena kerja
Tanggung jawab terlalu banyak, kerja yang terlalu berat beban,
atau perlunya membuat keputusan yang mempengaruhi hidup orang lain cenderung
menimbulkan stres.
3.
Pekerjaan yang menarik dan tidak menarik
Makin menarik tugas-tugas yang ada dalam suatu pekerjaan, semakin
besar rasa puas yang diperoleh pekerja. Sebaliknya, pekerjaan yang tidak
menarik dan membosankan menimbulkan ketidakpuasan.
4.
Perilaku orang penting
Kepuasan pekerja meningkat apabila mereka tahu bahwa keluarganya
merasa bangga dengan pekerjaannya dan puas dengan gaji yang mereka terima.
2.2.Penyesuaian Terhadap Keluarga
Dewasa Awal
Pada masa remaja individu biasa dalam
kondisi yang selalu dicukupi oleh orang tua. Tetapi pada masa dewasa awal sudah
agak berbeda keadaanya. Anak yang dulu hanya bisa minta uang sekarang harus
atau setidaknya dapat memenuhi kehidupanya sendiri. Pekerjaan adalah jalan
keluar untuk memenuhi kebutuhanya tersebut. Apalgi jika telah membentuk
keluarga sendiri maka individu harus bisa hidup mandiri dalam memenuhi
kebutuhan keluarganya (anak/istri). Penyesuaian seperti inilah yang harus
diperhatiakan oleh individu dalam masa perkembangan dewasa awal. Oleh karena
itu pekerjaan merupakan salah satu factor utama dalam pemenuhan kebutuhan
suatau keluarga dan merupakan salah satu tugas perkembangan dalam tahap dewasa
awal.
A. Keluarga
merupakan kelengkapan dalam hidup
Manusia
adalah makhluk social, jadi manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Orang
lain adalah pelengkap suatu kehidupan. Tidak hanya masyarakat, keluarga
(suami/istri) merupakan salah satu pelengkap dalam hidup. Jadi hidup merupakan
suatu kesatuan gesalt, tidak terpecah-pecah dalam satu persatu individu
melainkan dalamm kesatuan social.
Tetapi
keluarga juga bukan hanya merupakan suatu pelengkap tetapi juga merupakan suatu
kebutuhan dan tugas perkembangan dari dewasa awal. Dianatara kebutuhan utama
dan kuat mendorong individu untuk hidup berkeluarga secara umum adalah
kebutuhan material, seksual, dan psikologis (L.Saxton, 1969). Kebutuhan
seseorang menurut maslow antara lain adalah kebutuhan jasmani, keamanan,
kebutuhan untuk memiliki dan cinta, harga diri, aktualisasi diri, kebutuhan
untuk tahu dan mengerti, dan yang terakhir adalah kebutuhan estetis. Keluarga
merupakan kesatuan dari tujuh kebutuhan menurut maslow tersebut. Oleh karena
itu keluarga merupakan puncak dari kebutuhan manusia dan merupakan pelengkap
hidup manusia sekaligus pemenuhan dari tugas perkembangan dewasa manusia.
Hidup
berkeluarga sebagai satu diantara aspek kehidupan pada masa dewasa awal. Dalam
membentuk keluraga individu dihadapkan pada berbagai keanekaragaman liku-liku.
Ada beberapa area pembahasan yang cukup penting antara lain :
1. Persiapan
hidup berkeluarga
Persiapan
ini meliputi pemilihan pasangan, mencari pekerjaan dll. Memilih pasangan
sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pemilihan
pasangan oleh orang tua
Cara
ini dilakukan dengan tujuan untuk menyatukan ekonomi dua keluarga,
mempertahankan status social, dll. Tetapi cara ini sekarang telah banyak
ditinggalkan seiring modernisasi dalam segala bidang
b. Pemilihan
pasangan yang dilakukan oleh pasangan itu sendiri
Pemilihan
sepeti ini biasa dilakukan oleh orang pada jaman sekarang ini.
c. Jalan
tengah dari kedua cara diatas
Jalan
tengah ini bias berupa orang tua menawarkan pilihnnya kepada anak atau anak
menawarkan pilihannya kepada orang tua.
2. Dasar-dasar
yang memperkokoh berkeluaraga
a. Latar
belakang pada masa anak mempengaruhi kokohnya suatu rumah tangga. Mereka yang
berhasil dalam berumah tangga memiliki latar belakang masa anak-anak sebagai
berikut:
·
diasuh dalam keluarga yang harmonis dan bahagia
·
kehidupan masa anak-anak yang bahagia
·
disiplin orang tua yang fleksibel
·
perhatian dari orang tua yang cukup
·
harang terjadi pertengkaran dalam keluarga
·
tidak pernah bertengkar dengan orang tua
·
pendidikan seks yang cukup dari orang tuanya
·
jarang menerima hukuman dari orang tuanya
·
sikap hidup yang sehat
2. Usia
pada saat perkawinan
Usia
perkawinan yang baik adalah antara umur 25 – 30 hal ini dikarenakan pada usia
ini pasangan telah mempunyai pikiran yang matang. Selain itu perkawinan yang
berhasil mempunyai jarak usia antara 4 – 7 tahun (wanita lebih muda).
3. Kesiapan
pekerjaan
Telah
disampaikan di depan bahwa pekerjaan merupakan salah satu nsyarat untuk
menikah.
4. Kematangan
emosional
Kematangan
emosional dalam berumah tangga antara lain bercirikan :
·
Kasih sayang, kasih sayang yang dalam dan
diwujudkan secara wajar
·
Emosi terkendali, dapat mengendalikan emosi
terhadap pasanganya misalnya marah, cemburu , dll
·
Emosi terbuka-lapang, dapat menerima saran atau
kritik dari pasangan
·
Emosi terarah, dapat mengendalikan emosi
sehingga segala permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala dingin.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari
penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Salah satu tugas
perkembangan seseorang yang telah memasuki masa dewasa awal adalah memasuki dunia
kerja dan karier. Dalam proses perjalanan dalam fase ini, seseorang ditunutut
untuk dapat menentukan jenjang karier yang tepat bagi dirinya. Seorang individu
dalam menjalani hidupnya ditengah fase ini diharapkan sudah memiliki pekerjaan
yang layak dan menjamin.
Ketika orang dewasa sudah memasuki dunia kerja, biasanya orang dewasa cenderung merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka biasanya kurang setia atau memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang rendah dan cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih dapat menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Ketika orang dewasa sudah memasuki dunia kerja, biasanya orang dewasa cenderung merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang mereka jalani. Mereka biasanya kurang setia atau memiliki loyalitas terhadap perusahaan yang rendah dan cenderung mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih memuaskan dan lebih dapat menjamin atas kelangsungan hidupnya.
Terdapat
beberapa aspek-aspek kerja yang harus diperhatikan pada seseorang yang telah
memasuki fase dewasa, diantaranya adalah usia, peran jenis kelamin, perilaku
dan performance, dan bagaimana kecenderungan pekerjaan dalam keluarga.
Dalam
memasuki dunia kerja, seseorang yang memasuki fase usia dewasa awal harus
malakukan tahap-tahap penyesuaian pekerjaan, antara lain:
1. Pilihan
pekerjaan
2. Stabilitas
pilihan pekerjaan
3. Penyesuaian
diri dengan pekerjaan
3.2.Saran
Dalam
pnulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan
penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Ayumeilana. 2010. penyesuaian diri antara pekerjaan
dan keluarga pada dewasa awal. http://ayumeilana.blogspot.com. Sabtu,
30 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar