BAB II
PEMBAHASAN
PENGEMBANGAN INSTRUMEN BK UNTUK
ASPEK UCA (UNDERSTANDING, COMFORT AND ACTION)
I.
Penilaian
UCA (understanding, Comfort dan Action)
Berdasarkan
Permendinas No. 20 tahun 2007, konsep tentang penilaian dijabarkan sebagai “Proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik”. Dalam pengertian ini, penilaian merupakan suatu kegiatan yang memiliki tahapan
tertentu (berproses : mekanisme, prosedur, dan instrument yang digunakan),
dengan mengetengahkan pengumpulan dan pengolahan akan berbagai informasi.
Penilaian
ditujukan kepada perolehan siswa (klien) yang menjalani layanan BK. Secara
lebih khusus, perolehan klien dari layanan yang dijalaninya itu dapat di
definisi melalui berkembangnya pemahaman baru, perasaan positif, dan rencana
kegiatan yang akan dilakukan klien pada periode pasca layanan, atau menurut
istilah Brammer & Shostrom (1982) : understanding,
comfort, and action. (prayitno, 2000 dalam buku panduan umum penilaian
hasil layanan bimbingan dan konseling)
Tiga
komponen perolehan hasil layanan tersebut (yaitu pemahaman, perasaan dan
kegiatan) terutama dapat diidentifikasi sebagai hasil layanan dengan klien yang
bersifat perorangan, yaitu layanan konseling perorangan layanan konseling
kelompok, dan layanan penempatan penyaluran, serta layanan-layanan lain
(layanan orientasi, informasi, penguasaan konten, dan bimbingan kelompok) yang
dijalani individu sebagai klien. Di samping itu, penilaian yang berfokus kepada
pengentasan masalah ataupun perolehan klien secara lebih komprehensif dapat
dilakukan terutama setelah klien klien menjalani satu jenis atau berbagai jenis
layanan dalam waktu yang lebih lama atau dalam satu periode waktu tertentu.
Penilaian UCA
ini merupakan focus dari penilaian segera, yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling
untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
II.
Pengembangan
Instrumen BK untuk Aspek Pemahaman (understanding)
Penilaian
pada aspek pemahaman (understanding)
merupakan penilaian mengenai pemahaman baru tentang sesuatu yang didapat oleh
klien setelah mengikuti kegiatan layanan. Dalam aspek pemahaman ini, konselor
dapat mengajukan pertanyaan seperti:
1. Informasi
baru apa yang diperoleh klien?
2. Pengetahuan
baru apa yang diperoleh klien?
Pemahaman
murid yang mencakup pemahaman tentang potensi, kemampuan, karakteristik,
kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Pemahaman tersebut akan menjadi
dasar memilih alternatif strategi dan teknik bimbingan yang diberikan kepada
murid tersebut. Pelaksanaan pemahaman individu dalam kegiatan bimbingan dan
konseling berkaitan erat dengan fungsi dari bimbingan dan konseling itu
sendiri.
A. Teknik
Tes
Teknik tes atau
sering disebut testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan
alat-alat yang bersifat mengukur atau mentes.
Secara keseluruhan
macam tes untuk untuk keperluan bimbingan dan konseling, dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok tes, yaitu: tes kecerdasan, tes bakat dan tes
hasil belajar.
1. Tes Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir
yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu
untuk berperilaku yang jelas tujuannya; berpikir rasional; dan berhubungan
dengan lingkungannyasecara efektif (Shertze & Stone, 1971 : 239)
2. Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat
khusus murid. Ada dua jenis bakat, yaitubakat sekolah dan bakat
pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus
yang mendukung penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan
bakat pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang
mendukung keberhasilan dalam pekerjaan.
3. Tes
Hasil Belajar
Shertzer & Stone (1971: 235) mengemukakan bahwa
penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI / SD bertujuan
untuk:
a. Menilai kemampuan belajar murid
b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c. Mengecek kemajuan belajar murid
d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid
e. Memperbaiki teknik mengajar guru
f. Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru
Tes prestasi
belajar ini disusun untuk mengukur hasilpembelajaran atau kemajuan belajar
murid. Tes ini meliputi:
1. Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan
letak kesulitan murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan
2. Tes prestasi belajar kelompok yang baku
3. Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru,
misalnya dalam bentuk ulangan sehari-hari.
B. Teknik
non tes
Teknik non-tes
merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi
murid, yang ada umumnya bersifat kualitatif.
Teknik ini terdiri atas beberapa macam jenis, seperti:
1. Observasi (pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih
dahulu
b. Direncanakan secara sistematis
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
d. Perlu diperiksa ketelitiannya
teknik
observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a. Observasi sehari-hari (daiily observation)
b. Observasii sistematis (systematic observation)
c. Observasi partisipatif (participative observation)
d. Observasi non-partisipasif (non participative
observation)
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi)
3. Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi.
Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang
perkembangan murid.
b. Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah
laku murid.
III. Pengembangan Instrumen BK untuk
Aspek Afektif (Comfort)
Penilaian
pada aspek afektif (comfort)
merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Aspek afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti:
perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya
dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk
tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan
atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Dalam penilaian
aspek afektif ini konselor dapat menanyakan perasaan positif apa yang diperoleh
oleh klien setelah melaksanakan kegiatan layanan, seperti rasa puas, lega,
plong, tambah ringan, dll).
Ada 11 langkah dalam mengembangkan
instrument penilaian afektif, yaitu:
1. menentukan spesifikasi instrument
2. menulis instrument
3. menentukan skala instrument
4. menentukan pedoman penskoran
5. menelaah instrument
6. merakit instrument
7. melakukan ujicoba
8. menganalisis hasil ujicoba
9. memperbaiki instrument
10. melaksanakan pengukuran
11. menafsirkan hasil pengukuran
Ditinjau
dari tujuannya ada lima macam instrumen
pengukuran aspek afektif, yaitu(Depdiknas 2008):
1.
Instrumen sikap, yaitu berhubungan dengan suka atau tidaksukanya terhadap pelajaran yang kita berikan.
2.
Instrumen
minat, yaitu berhubungan dengan keinginan atau kecenderungan hati siswa
terhadap pelajaran yang kita berikan
3.
Instrumen
konsep diri, yaitu berhubungan dengan
pengenalan siswa terhadap kelebihan
dan kekurangan dirinya sendiri.
4.
Instrumen
nilai, yaitu berhubungan dengan pandangan dan perilaku siswa tentang mana yang
baik dan mana yang buruk.
5.
Instrumen moral, yaitu berhubungan dengan perasaan salah atau benar siswa terhadap
orang lain maupun diri sendiri.
Ada beberapa cara yang dipakai untuk
menilai aspek afektif peserta didik, yaitu :
1. Pengamatan langsung di lapangan (di
dalam kelas) oleh guru.
2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada
peserta didik.
3. Melakukan wawancara langsung dengan
pesertadidik.
4. Melalui informasi dari rekan guru
atau dari BK(Bimbingan Konseling) di Sekolah.
5. Melalui kunjungan ke rumah peserta
didik.
Adapun
instrument BK yang dapat dipergunakan untuk menilai aspek afektif ini, yaitu:
1. Observasi,
2. Angket atau kuestioner, dan
3. Wawancara,
IV. Pengembangan Instrumen BK untuk
Aspek Perbuatan (Action)
Penilaian
pada aspek action (aspek perbuatan), dalam kegiatan konseling dapat dilakukan
dengan memberikan pertanyaan seperti:
1. Setelah
selesai konseling bisa menghasilkan apa?
2. Apa
yang akan dilakukan atau dilaksanakan untuk mengatasi masalah?
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan atau
perbuatan dapat diukur melalui:
1. Pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung,
2. Sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3. Beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
keterampilan atau perbuatan mencakup:
1. Kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja,
2. Kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
3. Kecepatan
mengerjakan tugas,
4. Kemampuan
membaca gambar dan atau simbol,
5. Keserasian
bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil
belajar keterampilan atau perbuatan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu
peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik.
Penilaian perbuatan dapat dilakukan dengan menggunakan
observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai
hasil dan proses belajar atau perbuatan. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam
simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung.
Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang
hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian
observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa
diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku
yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek
(√) pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur aspek perbuatan adalah tes untuk mengukur penampilan
atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi,
tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1. Tes
simulasi
Penilaian aspek perbuatan yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada
alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta
didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2. Tes
unjuk kerja (work sample)
Penilaian aspek perbuatan yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan
observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar
observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list)
ataupun skala penilaian (rating scale). Keterampilan atau
perbuatan yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Contoh Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan Tugas (On-Task)
|
Tidak Mengerjakan
Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
|
|
|
|
Ayu
|
|
|
|
Dst…..
|
|
|
|
Contoh tabel Instrumen (alat)
Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama :
…………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang
sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar
dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar
tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi
salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri tegak
menghadap penonton
|
|
|
|
|
2.
|
Mengubah ekspresi wajah
sesuai dengan pernyataan
|
|
|
|
|
3.
|
Berbicara dengan
kata-kata yang jelas
|
|
|
|
|
4.
|
Tidak mengulang-ulang
pernyataan
|
|
|
|
|
5.
|
Berbicara cukup keras
untuk didengar penonton
|
|
|
|
|
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa:
1. Penilaian
merupakan suatu kegiatan yang memiliki tahapan tertentu (berproses : mekanisme,
prosedur, dan instrument yang digunakan), dengan mengetengahkan pengumpulan dan
pengolahan akan berbagai informasi. Penilaian dapat diberikan berdasarkan aspek
pemahaman yang diperoleh, afektif atau perasaan positif yang timbul, serta
aspek perbuatan peserta didik.
2. Instrument
yang dapat digunakan untuk aspek pemahaman (action)
adalah tes seperti tes kecerdasan, tes bakat, tes diagnostic. Selain teknik
tes, juga dapat menggunakan teknik non tes seperti: observasi, wawancara dan
catatan anekdot.
3. Instrument
yang dapat digunakan untuk aspek afektif (comfort)
adalah:
a. Instrumen
sikap,
b. Instrumen minat,
c. Instrumen konsep diri,
d. Instrumen nilai,
e. Instrumen
moral,
Selain itu, pada aspek afektif ini,
kita juga dapat menggunakan instrument non tes seperti obsevasi, wawancara, dan
questioner.
4.
Instrument
yang dapat digunakan untuk aspek perbuatan adalah observasi, sedangkan
instrument tes yang dapat digunakan seperti tes simulasi dan tes unjuk kerja.
II.
Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan perkuliahan dan paduan dalam
melakukan penilaian dalam aspek pemahaman, afektif dan perbuatan. Semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar
Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta; Rineka
Cipta.
Prayitno. 2000. Panduan Umum:
Penilaian Hasil Layanan Bimbingan dan Konseling. Pengurus IPBI.
Prayitno. 2005. Kerangka Konseling
Eklektik: Konseling Pancawaskita. Padang; Program PPK jurusan BK FIP-UNP.
Aby Farhan. 2011. Aspek-Aspek
Pemahaman Peserta Didik. 20 juli 2011. http://abyfarhan7.blogspot.com.