BAB II
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A.
Pengertian
Diagnosis Kesulitan Belajar
Ada beberapa
pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar (http://ebekunt.wordpress.com). Blassic dan Jones, sebagaimana
dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar
adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu
yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya,
tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar,
baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu
Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari
oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis
dalam proses belajarnya.
Dari penjelasan
di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakansuatu kondisi
dimana terdapat suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan
yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu baik bersifat
psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar.
Salah satu cara
pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah
berupa prosedur dan langkah-langkah yang sistematis yang disebut Diagnosis Kesulitan Belajar dan pengajaran
perbaikan.(Etty Kratikawati dan Willem Lusikooy; 1993/1994).
Diagnosis
merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen
(Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut (Ebekunt:2009,
http://ebekunt.wordpress.com) :
1.
Upaya atau proses menemukan kelemahan
atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
2.
Studi yang seksama terhadap fakta
tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan
sebagainya yang esensial;
3.
Keputusan yang dicapai setelah
dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang
suatu hal.
Dari penjelasan di atas, dapat
penulis buat suatu kesimpulan bahwa Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur
dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta mengimplikasikan
suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
B.
Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar
1.
Gejala
kesulitan belajar
Kesulitan atau
masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Menurut Warkitri dkk, 1990 : 8.5 – 8.6 (Ebekunt;2009, http://ebekunt.wordpress.com), individu
yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut:
a.
Hasil
belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.
b.
Hasil belajar yang dicapai sekarang
lebih rendah dibanding sebelumnya.
c.
Hasil belajar yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
d.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas
belajar.
e.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar,
misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai
kurang tidak menyesal, dst.
f.
Menunjukkan perilaku yang menyimpang
dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
g.
Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif,
dst.
Sedang Abu Daud (http://abudaud2010.blogspot.com) menjelaskan bahwa Kesulitan
belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi
tingkah laku. Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara
langsung maupun tidak langsung, juga dalam berbagai bentuk tingkah laku.
Misalnya saja, sesuai dengan pengertian kesulitan belajar, tingkah laku yang
dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala
ini akan tampak dalam aspek motorik, kognitif, konatif (kehendak) dan afektif
baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Contoh sulit dan lambat
dalam berkomunikasi.
Dari kutipan di
atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa gejala-gejala yang menunjukkan
individu mengalami kesulitan belajar, yaitu:
1.
Hasil belajar yang dicapai berada dibawah
rata-rata kelas, lebih rendah dari hasil belajar sebelumnya, serta tidak
seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
2.
Individu lambat dalam mengerjakan
tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru.
3.
Menunjukkan sikap yang masa bodoh,
sering bolos ataupun tidak masuk sekolah, serta mudah tersinggung dan
menyendiri.
2.
Ciri kesulitan belajar
Adapun
ciri-ciri kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa seperti berikut ini (Mutiara Endah; 2010, http://mutiaraendah.wordpress.com):
a. Gangguan
persepsi visual:
1) Melihat huruf/angka dengan posisi
yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam menuliskan
kembali
2) Sering tertinggal huruf dalam
menulis
3) Menuliskan kata dengan urutan yang
salah misalnya ibu jadi ubi
4) Sulit memahami kanan dan kiri
5) Bingung membedakan antara obyek
dengan latar belakang
6) Sulit mengkoordinasi antara mata
(penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain)
b. Gangguan
persepsi auditori
1) Sulit membedakan bunyi: menangkap
secara berbeda apa yang didengarnya
2) Sulit memahami perintah terutama
perintah yang diberikan dalam jumlah banyak dan kalimat yang panjang
3) Bingung dan kacau dengan bunyi yang
datang dari berbagai penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat
mencoba mendengar sebuah informasi sudah mendapatkan gangguan dari suara lain
di sekitarnya
c. Gangguan
bahasa
1) Sulit menangkap dan memahami kalimat
yang dikatakan kepadanya
2) Sulit mengkoordinasikan/mengatakan
apa yang sedang dipikirkan
d. Gangguan
persepsi –motorik
1) Kesulitan motorik halus (sulit
mewarnai, menggunting, melipat, menempel, menulis rapi, memotong, dll )
2) Memiliki masalah dalam koordinasi
dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam eraknya
e. Hiperaktivitas
1) Sukar mengontrol aktivitas motorik
dan selalu bergerak/menggerakkan sesuatu (tidak bisa diam)
2) Berpindah-pindah dari satu tugas ke
tugas berikutnya tanpa menyelesaikan terlebih dahulu
3) Impulsif
f. Kacau (distractibility)
1) Tidak dapat membedakan stimulus yang
penting dan tidak penting
2) Tidak teratur, karena tidak memiliki
urutan-urutan dalam proses berpikir
3) Perhatiannya sering berbeda dengan
apa yang sedang dikerjakan (melamun/berhayal saat belajar di kelas)
Dari
penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-ciri kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa, yaitu:
1. Dilihat
dari pesepsi visualnya, ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
seperti pada saat menulis, siswa sering menulis dengan salah satu huruf yang
tertinggal atau tidak lengkap.
2. Dilihat
dari persepsi auditori, ciri-cirinya seperti siswa sulit memahami perintah yang
disampaikan oleh guru.
3. Dilihat
dari segi bahasa, cirinya seperti siswa sulit memahami kalimat yang disampaikn
kepadanya serta sulit mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya.
C.
Latar
Belakang Timbulnya Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002
: 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat
berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan,
dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang
bersangkutan (Ebekunt; 2009, http://ebekunt.wordpress.com):
1. Faktor Internal
Yang dimaksud
dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor
kejasmanian.
a.
Faktor kejiwaan, antara lain :
1)
Minat terhadap mata pelajaran kurang;
2)
Motif belajar rendah;
3)
Rasa percaya diri kurang;
4)
Disiplin pribadi rendah;
5)
Sering meremehkan persoalan;
6)
Sering mengalami konflik psikis;
7)
Integritas kepribadian lemah.
b.
Faktor kejasmanian, antara lain :
1)
Keadaan fisik lemah (mudah terserang
penyakit);
2)
Adanya penyakit yang sulit atau tidak
dapat disembuhkan;
3)
Adanya gangguan pada fungsi indera;
4)
Kelelahan secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud
dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar
peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan
faktor lingkungan.
a.
Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan
kesulitan belajar mahasiswa antara lain :
1)
Kemampuan
profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
2)
Kurikulum yang terlalu berat bagi
pesert didik;
3)
Program
belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4)
Fasilitas
belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan
antara lain :
1)
Disintegrasi atau disharmonisasi
keluarga;
2)
Lingkungan sosial sekolah yang tidak
kondusif
3)
Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4)
Lokasi kampus yang tidak atau kurang
cocok untuk pendidikan.
Dari berbagai
faktor yang melatarbelakangi timbulnya kesulitan belajar siswa, penulis
berpendapat bahwa faktor yang melatarbelakangi tersebut, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal
ini berasal dari dalam diri individu atau siswa itu sendiri. Faktor internal
ini seperti :
a.
Inteligensi siswa,
b.
Minat belajar siswa,
c.
Kesehatan siswa,
d.
Gizi siswa, dll.
2. Faktor
eksternal
Faktor eksternal
ini berasal dari luar diri individu seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, serta fasilitas belajar baik
itu di sekolah maupun di rumah. Di lingkungan keluarga seperti bagaimana
kondisi dalam keluarga, posisi siswa dalam keluarga. Di lingkungan sekolah
seperti bagaimana perhatian guru terhadap siswa. Selain itu, kelengkapan
fasilitas belajar juga dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, kemudian
suasana saat peserta didik belajar juga sangat berpengaruh pada minat belajar
peserta didik.
D.
Tujuan
Pelaksanaan Kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar
Ramdhani (http://feyra-gokil.blogspot.com)
menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik
yang ingin dicapai, dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung,
begitu pula dengan kegiatan ini. Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan
Belajar melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang ingin dicapai juga berbeda
antara guru dan siswa.
1.
Siswa
Tujuan
yang hendak dicapai setelah pelaksanaan kegiatan diagnosis kesulitan belajar
ini bagi siswa adalah :
a. Siswa
memahami dan mengetahui kekeliruannya.
b. Siswa
memperbaiki kesalahannya
c. Siswa
dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya
d. Siswa
dapat menguasai pelajaran dengan baik.
e. Siswa
dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2.
Guru
Adapun
tujuan pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar bagi Guru adalah :
a. Guru
mengetahui kelemahan dalam proses belajar –mengajar.
b. Guru
dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
c. Guru
dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa sesuai dengan keadaan diri
siswa perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan baik.
Dari
kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan
diagnosis adalah agar guru, peserta didik dan orang tua peserta didik dapat:
1.
Mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh peserta didik.
2.
Membantu memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh peserta didik dengan
adanya kerjasama antara pihak sekolah, peserta didik dan keluarga.
3.
Membantu pesert didik agar dapat
menguasai pelajaran yang sulit baginya, serta mempermudah guru dalam menentukan
layanan apa yang sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
E.
Upaya
Mengatasi Kesulitan Belajar yang Dialami Siswa
Menurut Hallen A: 2005 (Mayasa: 2012, http://m4y-a5a.blogspot.com),
langkah-langkah yang perlu ditempuh guru untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa, dapat dilakukan dalam enam tahap. Adapun keenam tahap tersebut, yaitu:
1.
Mengenal siswa yang mengalami
kesulitan belajar
Cara
yang paling mudah untuk mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah
dengan cara mengenali nama siswa.
2.
Memaham sifat dan jenis kesulitan
belajarnya
Langkah
kedua dalam mengatasi kesulitan belajar adalah mencari dalam mata pelajaran apa
saja siswa ini (kasus) mengalami kesulitan dalam belajar.
3.
Menetapkan latar belakang kesulitan
belajar
Langkah
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi
sebab timbulnya kesulitan belajar baik yang terletak di dalam diri siswa
sendiri maupun diluar dirinya.
4.
Menetapkan usaha-usaha bantuan
Setelah
diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya, maka langkah
selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha
bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang akan di peroleh.
5.
Pelaksanaan bantuan
Langkah
ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan
kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan diaksanakan secara terus-menerus
dan terah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang telah
diperkirakan.
6.
Tindak lanjut
Tujuan
langkah ini untuk menilai sampai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan
telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara
terus-menerus, dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilan usaha bantuan.
Sedangkan menurut Etty Kartikawati dan Willem
Lusikooy (1993/1994), langkah-langkah diagnostik terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu:
1.
Identifikasi kasus
a. Tujuannya
: untuk mencari dan menemukan di antara siswa-siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar yang serius dan yang memerlukan bantuan.
b. Tekniknya
: dengan memanfaatkna catatan atau rekaman tentang hal ikhwal yang menyangkut
kegiatan belajarnya untuk dianalisis.
c. Prosedurnya
: mengumpulkan nilai-nilai dar seluruh bidang studi dalam satu kelas untuk:
1) Dihitung
bagaimana rata-rata bagi setiap guru.
2) Kemudian
dihitung nilai rata-rata seluruh siswa di kelas itu.
3) Lalu
buat grafik untuk mengetahui posisi siswa dalam kelas berdasarkan nilai
rata-rata itu.
4) Setelah
itu, dapatlah diketahui bahwa ada siswa yang nilai rata-ratanya berada di bawah
rata-rata umum kelas, ditandai sebagai siswa yang berprestasi rendah dan ia
tentu mengalami kesulitan belajar.
5) Pada
akhirnya ditetapkan siswa-siswa yang paling banyak mengalami kesulitan belajar
adalah mereka yang mengalami nilai rata-ratanya di bawah rata-rata nilai umum
kelas, misalkan nilai-nilai yang paling rendah adalah bidang studi Bahasa
Indonesia dan Matematika.
2.
Melakukan diagnosis
a. Tujuan
: mengetahui secara tepat lokasi kesulitan belajar tersebut dalam bidng studi
apa saja. Juga untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami serta
enemukan latar belakang apakah yang menyebabkan timbulnya kesulitan.
b. Teknik
: melakukan analisis documenter, melakukan wawancara, melakukan observasi
(pengamatan), melakukan tes dalam berbagai jenisnya, melakukan pengukuran
dengan teknik sosiometri.
c. Prosedurnya
:
1) Menyusun
rata-rata nilai dari nilai bidang studi.
2) Membuat
grafik tentang kedudukan siswa yang mengalami kedulitan belajar dalam bidang
studi tersebut.
3) Kemudian
menetapkan tempat(elokasi) dalam bidang studi apa saja bagi siswa tersebut,
mengalami kesulitan belajar, hal ini dapat pula dibantu oleh rapor dan hasil
ulangan.
4) Kemudian
menetapkan siswa mana yang mendapat prioritas pelayanan karena paling banyak
menemui kesulitan belajar.
d. Menetapkan
jenis dan macam kesulitan yang dihadapi siswa dengan cara:
1) Menganalisis
hasil pekerjaan siswa dalam bidang studi tertentu yang diduga menimbulkan
kesulitan kepadanya.
2) Guru
bidang studi yang bersangkutan diwawancarai.
3) Iswa
yang bersangkutan diwawancarai.
4) Melakukan
tes (psikotest atau diagnostic tes).
e. Berusaha
mengungkapkan latar belakang kesulitan, dengan cara-cara:
1) Menganalisis
dokumen-dokumen tentang data siswa yang bersangkutan yang mencakup: indentitas
pribadi, riwayat pendidikan, prestasi belajar, latar belakang kehidupan
keluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan, cita-citanya, pribadi serta
lingkungannya (social dan kulturalnya), kesehataa, kegemaran (hobby).
2) Melakukan
wawancara dengan siswa,orang tua siswa yang bersangkutan, dan seterusnya.
3) Melakukan
pengukuran dimensi hubungan sosialnya dengan sosiometri.
4) Melakukan
pengamatan (obsevasi) terhadap siswa
yang bersangkutan pada waktu belajar.
3.
Melakukan prognosis
a. Tujuan
: untuk menetapkan macan dan teknik pemberian bantuan yang sesuai dengan corak
kesulitan yang dihadapi siswa.
b. Prosedur
:
1) Boala
siswa menemukan kesulitan disebabkan oleh latar belakang pribadi, maka
hendaknya diberikan bantuan melalui konseling.
2) Bila
disebabkan oleh gangguan mental, nervus, gangguan
kesehatan jasmani dan sebagainya, maka hendaknya dilimpahkan kepada dokter ahli
yang bersangkutan.
3) Bila
berlatar belakang pada sikap social, maka perlu diberi bantuan dengan
menggunakan bimbingan kelompok, karena dengan cara ini siswa akan dilatih
kembali untuk bersikap social yang memungkinkan ia dapat melakukan penyesuaian
diri dengan lingkungan, juga dengan memberikan tugas kegiatan tertentu yang
membawanya kea rah hidup saling membantu, maka siswa yang bersangkutan akan
terpupuk rasa sosialnya.
4.
Melakukan langkah pemberian bantuan
a. Tujuan
: untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan agar mampu mengatasi
kesulitan belajar yang dialami dengan kemampuan sendiri sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal serta dapat bersikap menyesuaikan diri yang sehat.
b. Teknik
: memilih salah satu teknik pemberian bantuan yang telah dipilih yang meliputi:
1) Remedial Teaching
: memberikan pelajaran tambahan berupa kursus-kursus (private less) dan cara lain tentang bidang studi yang lemah, dengan
tujuan agar kelemahan tersebut bagi siswa yang bersangkutan dapat ditingkatkan
kemajuannya (disembuhkan).
2) Memberi
konseling kepada siswa yang bersangkutan tentang hal-hal yang menghambat kemajuan
belajarnya,
3) Melakukan
bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh sikap sosialnya yang
kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan.
4) Melakukan
perlimpahan (referral) kepada ahli
lain di bidangnya.
5.
Melakukan tindak lanjut (follow up servise)
a. Tujuan
: untuk mengetahui sejauhmana hasil pemberian bantuan tersebut yang telah
diberikan kepada siswa dalam rangka memperbaiki kegiatan belajarnya lebih
lanjut.
b. Teknik
: dengan melakukan tes kemajuan belajar atau psikotes atau dengan memberikan
wawancara kepada siswa yang ebrsangkutan tentang kemajuan belajarnya dalam
bidang studi tertentu, ditambah lagi dengan melakukan analisis dokumen seperti
hasil ulangan, hasil tes. Juga mengadakan observasi (pengamatan) tentang sejauh
mana perubahan tingkah laku siswa dalam melakukan kegiatan belajar lebih
lanjut.
c. Prosedur:
1) Mengetes
siswa dalam bidang studi yang semula mengalami hambatan.
2) Mewawancarai
siswa tentang sikap dan penderitaannya mengenai kesulitan-kesulitan yang
dirasakan.
3) Mewawancarai
guru bidang studi yang bersangkutan tentang perubahan yang terjadi pada siswa
yang bersangkutan, dan juga melakukan wawancara dengan orang tua atau siswa
tentang kemajuan belajarnya di rumah dan seterusnya.
4) Menganalisis
tentang informasi dan hasil belajar siswa yang bersangkutan.
5) Melakukan
pengamatan (observasi) kegiatan belajar siswa yang bersangkutan, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Penjelasan
dari beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik, yaitu:
1.
Mengidentifikasi peserta didk yang
mengalami kesulitan belajar.
2.
Mengidentifikasi jenis kesulitan belajar
yang dialami oleh peserta didik.
3.
Mengungkap faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada peserta didik tersebut.
4.
Merencanakan suatu tindakan bantuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik berdasarkan hasil pengungkapan factor penyebab
kesulitan belajar tersebut.
5.
Melaksanakan pemberian bantuan kepada
peserta didik dengn memberikan pelajaran tambahan kepada peserta didik.
6.
Memberikan tindak lanjut, bagaimana
hasil yang didapatkan setelah diberikan bantuan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Etty Kartikawati dan Willem Lusikooy.
1993/1994. Materi Pokok; Profesi Keguruan
PGSM3904/2SKS Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Roy Ihsan. 2011. Persepsi Peserta Didik Tentang Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler Bagi Pengembangan
Diri Di MTS Darul Ulum Kiawai Kab. Pasaman Barat (SKRIPSI). Padang; BK
STKIP PGRI.
Puspita Sari. 2012. Pendapat Peserta Didik Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam
Pengembangan Diri Di SMP Negeri 28 Padang (SKRIPSI). Padang; BK STKIP PGRI.
Gebrielleizious. 2011. Diagnosis Kesulitan Belajar. http://gebriellucifer.blogspot.com.
Minggu, 14 Agustus 2011
Mutiara Endah. 2010. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar. http://mutiaraendah.wordpress.com.
10 Januari 2010.
Ramdhani. 2011. Tujuan Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Hasil Belajar. http://feyra-gokil.blogspot.com.
Juli 2011. Jam 10:21 WIB.
Mayasa. 2012. Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan Belajar. http://m4y-a5a.blogspot.com.
Juni 2012. Jam 00:30 WIB.