Kamis, 18 Oktober 2012

kerangka pemikiran dan hipotesis


BAB I
PENDAHULUAN
I.       Latar Belakang
Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan.
Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Dalam makalah ini akan mengkaji mngenai Kerangka Pemikiran dan Hipotesis. Kerangka pemikiran adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Hipotesisi yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor membenarkannya, dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara.
II.    Rumusan Masalah
A.    Pengertian Kerangka Pemikiran
B.     Hipotesis
III. Tujuan
A.    Mengetahui tentang cara dan teknik dalam merumuskan hipotesis.
B.     Mengetahui pengertian dari hipotesis dan kerangka pemikiran.




BAB II
PEMBAHASAN
I.       Pengertian Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk Proses dari keseluruhan dari proses penelitian dimana Kerangka pemikiran harus menerangkan:
A.    Mengapa penelitian dilakukan ?
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau masalah yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah atau membenarkan hasil penelitian sebeumnya, menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah yang ada.
B.     Bagaimana proses penelitian dilakukan ?
Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.
C.     Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?
Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
D.    Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu “mengapa penelitian itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu masalah yang kontropersi di kalangan masyarakat atau untuk membantah opini atau mitos yang tersebar sejak turun-temurun.
Pada intinya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak kalangan masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.
Tahapan dalam membuat kerangka pemikiran :
A.    Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian diturunkan dari perumusan masalah/identifikasi masalah, dengan demikian apa yang diinginkan dalam penelitian terlihat jelas.
B.     Operasionalisasi variabel. Dari judul dibuat dimensi-dimensi yang tersusun dalam operasionalisasi varibael.
C.     Teori. Kajian teoritis dari referensi yang cukup akurat, disajikan secara komprehensip sehingga alur pikir penulis/peneliti jelas kemana arah penelitian akan dilakukan.
D.    Empiris. Bukti-bukti empiris yang menunjukan bahwa ada kesesuaian antara teori dan kenyataannya. dapat dicantumkan penelitian terdahulu yang judul atau tema berdekatan dengan judul yang akan diteliti.
Kerangka pemikiran intinya berusaha menjelaskan konstelasi hubungan antar variabel yang akan diteliti. Konstelasi hubungan tersebut idealnya dikuatkan oleh teori atau penelitian sebelumnya. Dalam menyusun kerangka pemikiran, penyajiannya dimulai dari variabel yang mewakili masalah penelitian. Jika hendak diteliti adalah masalah kinerja pegawai dalam hubungannya dengan motivasi dan kompensasi, maka penyajiannya dimulai dari teori kinerja lalu dikaitkan dengan teori motivasi. Keterkaitan dua variabel tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian tedahulu yang dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antar keduanya.
Jika konstelasi hubungan antara kinerja dan motivasi sudah terbangun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah merangkai konstelasi hubungan antara kinerja dengan kompensasi, dengan persyaratan teoritis serupa. Artinya, konstelasi hubungan atar keduanya juga harus diperkuat teori atau penelitian terdahulu.
Pada bagian akhir kerangka pemikiran umumnya disajikan konstelasi hubungan antara keseluruhan variabel dilengkapi dengan bagan yang menggambarkan hubungan antar variabel penelitian. Jika akan meneliti pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap kinerja pegawai, maka dapat gambarkan secara bagan konstelasi tersebut.
II.    Hipotesis
A.    Pengertian
Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua penggalan kata. Kata “Hypo” yang artinya “DI BAWAH” dan “THESA” yang artinya “KEBENARAN” jadi Hipotesis merupakan jawaban Research Question yang diajukan, kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Pernyataan yang masih lemah perlu diuji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.
Ada berbagai pendapat yang diungkapkan oleh masing-masing orang. Antara lain :
1.      Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati
2.      Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya
3.      Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variable.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi teas, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni:
1.      Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian)
2.      Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Sedangkan untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1.      Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel akibat.
2.      Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu
3.      Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. G.E.R brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
1.      Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
2.      Penelitian tentang perbedaan
3.      Penelitian hubungan
B.     Menggali Dan Merumuskan Hipotesis
Ada beberapa ketentuan yang dimiliki oleh peneliti dalam menggali hipotesis, antara lain peneliti:
1.      Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.      Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki
3.      Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Good dan scates (1954) memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis, antara lain:
1.      Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu
2.      Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan
3.      Imajinasi dan angan-angan
4.      Materi bacaan dan literatur
5.      Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6.      Data yang tersedia
7.      kesamaan.

Menurut bentuknya, hipotes dibagi menjadi tiga:
1.      Hipotesa penelitian / kerja: hipotesa penelitia merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesa ini peneliti mengaggap benar hipotesanya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesa dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
2.      Hipotesa operasional: hipotesa operasional merupakan hipotesa yang bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesa tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesa penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan hipotesa pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut hipotesa nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada hipotesa penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesa penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Contoh:
”H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress.”
3.      Hipotesa statistik: Hipotesa statistik merupakan jenis hipotesa yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesa ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk  = 0p = 0; atau H0: r angka-angka (kuantitatif). Misalnya: H0:
Sebagai kesimpulan , maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut :
a.       Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik
b.      Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.
c.       Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat diukur.
d.      Hendaknya dapat diuji
e.       Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.
BAB III
PENUTUP
I.       Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Hipotesa ialah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya
2.      Hipotesa merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesa berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori
3.      Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau masalah yang ditemukan, antara lain membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah atau membenarkan hasil penelitian sebeumnya, dan menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah yang ada
4.      Kerangka pemikiran dan hipotesis merupakan ringkasan dari bab tinjauan pustaka berisi uraian hasil-hasil penelitian, bukti-bukti, atau kenyataan yang mendukung atau menolak teori yang dikemukakan di sekitar rumusan masalah. Selain itu juga diuraikan kesenjangan diantara hasil penelitian atau bukti-bukti terdahulu, sehingga perlu ada penelitian/kegiatan untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Uraian kerangka pemikiran pada umumnya mengarah pada uraian hipotesi.
II.    Saran
Semoga pembahasan dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan bagi pembaca dalam melakukan penelitian.





DAFTAR PUSTAKA

Kamis, 04 Oktober 2012

metode pengajaran


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Metode Pengajaran
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos jalan atau cara.
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.(Ahmad Sabri,2005)
Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
2.2.Ciri-ciri Metode Pengajaran yang Baik
Omar Muhammad al toumi berpendapat bahwa ciri metode yang baik yaitu:
1.      Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak islam yang mulia.
2.      Bersifat luwes, fleksibel serta memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi;
3.      Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis materi,
4.      Tidak mereduksi materi , bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi;
5.      Memberikan keleluasaan epada siswa untuk menyatakan pendapatnya;
6.      Mampu menempatkan guru pada posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses.

2.3.Prinsip Penentuan Metode Pengajaran
Bachtiar Riva’I (1984 : 46) megemukakan bahwa ada lima prinsip dalam memilih metode mengajar :
1.      Asas maju berkelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
2.      Penekanan pada belajar sendiri, artinya anak – anak diberikan kesempatan untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran yang lebih banyak lagi daripada yang diberikan oleh guru.
3.      Berkerja secara team, di mana anak dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memungkinkan anak berkerja sama.
4.      Multi disipliner, artinya memungkinkan anak – anak untuk mempelajari sesuatu meninjau berbagai sudut. Misalnya masalah rambut gondrong dapat dilihat dari sudut kesehatan, keindahan atau pandangan orang dan
5.      Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan.
Metode mengajar yang digunakan dalam situasi belajar mengajar banyak jenisnya, baik yang termasuk metode tradisional maupun metode modern. Metode-metode tersebut akan diuraikan dalam makalah ini dan akan dikemukakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan metode-metode tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah:
1.      Individualitas
Individu adalah manusia seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang sama berbeda dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain, tiap-tiap manusia mempunyai jiwa sendiri. Perbedaan itu adalah:
a.       Perbedaan umur (usia kalender)
b.      Perbedaan inteligensi
c.       Perbedaan kesanggupan dan kecepatan
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan ba­gaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu.
2.      Motivasi
Seorang pengajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. Motivasi ini sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan situasi, tetapi dalam uraian ini diarahkan kepada bidang pendidikan, khususnya bidang proses belajar mengajar.
3.      Aktivitas
Kalau ditinjau dari ilmu jiwa anak, maka anak yang normal selalu bertindak dengan tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas.
4.      Minat dan perhatian
Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Tahap-tahap awal suatu proses pengajaran hendaklah dimulai dengan usaha membangkitkan minat tersebut. Minat harus dijaga. Selama proses pengajaran berlangsung, karena mudah sekali berkurang atau hilang selam proses pengajaran berlangsung karena mudah sekali berkurang atau hilang selama proses pengajaran tersebut.
5.      Keperagaan
Pada sekolah tradisional murid-murid hanya mendengarkan ucapan guru, mengulang kembali dan mengahafalnya. Mereka tidak mengetahui pengertian yang sebenarnya, sehingga sering menimbulkan Verbalisme yaitu."tahu kata tetapi tidak tahu arti".
6.      Pengulangan
Pengajaran memerlukan banyak mengulang, pengulangan bahan yang telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.
7.      Keteladanan
Sejak pase-pase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya, khususnya dari kedua orang tuanya.
8.      Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
2.4.Efektifitas Penggunaan Metode Pengajaran
Mengingat mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar yang harmonis dan menyenangkan, maka diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar mengajar guru dengan perkataan lain proses belajar mengajar merupakan proses intraksi edukatif antara guru dengan siswa dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut oleh sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi siswa.
Titik sentral yang harus dicapai dalam setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik didalam kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, tujuan pengajaran agar anak didik dapat menuliskan sebagaian ayat-ayat Al- Fatihah, maka guru tidak tepat menggunakan metode diskusi melainkan metode latihan.
Kegagalan guru dalam mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dan masing-masing metode pengajaran.
2.5.Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengajaran
Pada prinsipnya tidak ada satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Berikut beberapa factor yang memengaruhi pemilihan dan penentuan metode antara lain:
1.      Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dari apapun yang akan atau sedang kita kerjakan. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat memengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya.
2.      Peserta Didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda- beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi social, lingkungan keluarga dan harapan – harapannya. Namun peserta didik juga secara psikologis memiliki karakteristik yang berbeda seperti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka periang, pemurung bahkan ada yang menunjukkan prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tersebut sangat memengaruhi terhadap penentuan metode pembelajaran.
3.      Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Karena itu pada waktu tertentu melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.
4.      Fasilitas
Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya Laboratorium tentu saja sulit melakuka metode eksperimen atau demonstrasi.
5.      Guru
Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatarbelakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya. Jadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa yang professional. Dengan memiliki jiwa keprofesinalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yng telah ditetapkan.

2.6.Macam-macam Metode Pengajaran
Beberapa metode mengajar dan penggunaannya, yaitu :
1.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini, yakni:
a.       Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan memperhatikan :
1)      Tujuan yang telah ditetapkan,
2)      Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang telah tersedia,
3)      Alat, fasilitas, waktu tersedia,
4)      Jumlah murid beserta taraf kemampuannya,
5)      Kemampuan guru dalam penguasaan materi, dan
6)      Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu.
7)      Situasi pada wkatu itu.
b.      Langkah-langkah menggunakan metode ceramah.
Langkah-langkah metode ceramah yang diharapkan adalah:
1)      Tahap persiapan
2)      Tahap penyajian
3)      Tahap asosiasi (komparasi)
4)      Tahap generalisasi atau kesimpulan
5)      Tahap aplikasiu atau evaluasi.
Seorang guru dapat menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran apabila:
a.       Bahan pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak,
b.      Ingin mengajarkan topik baru,
c.       Tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa,
d.      Tidak ada metode lain yang akan di pergunakan,
e.       Menghadapi jumlah siswa yang banyak.

2.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode Tanya jawab ini adalah :
a.       Tujuan yang akan dicapai dari metode Tanya jawab, antara lain:
1)      Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
2)      Untuk merangsang siswa berpikir,
3)      Memberikan kesempatan pada siswa utnuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
b.      Jenis pertanyaan, pada dasarnya ada dua jenis pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran.
c.       Teknik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode Tanya jawab, sangat bergantung pada teknik guru dalam mengajukan pertanyaan.
Metode Tanya jawab biasanya dipergunakan apabila:
a.       Bermaksud mengulangi bahan pelajaran.
b.      Ingin membangkitkan perhatian siswa belajar,
c.       Siswa tidak terlalu banyak,
d.      Sebagai selingan metode ceramah,
e.       Untuk mengarahkan proses berpikir.
3.      Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jells dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode diskusi adalah :
a.       Persiapan perencanaan diskusi
1)      Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.
2)      Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
3)      Penentuan dan perumusan maslah yang akan didiskusikan harus jelas.
4)      Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
b.      Pelaksanaan diskusi
1)      Membuat struktur kelompok
2)      Membagi-bagi tugas dalam kelompok
3)      Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi
4)      Mencatat ide-ide atau saran-saran yang penting
5)      Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta
6)      Menciptakan situasi yang menyenangkan
c.       Tindak lanjut diskusi
1)      Membuat kesimpulan atau laporan kelompok
2)      Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya
3)      Membuat penilaian terhadap pelaksanaan utnuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.
Metode diskusi dapat dipergunakan apabila:
a.       Soal-soal yang pemecahannya sebaiknya diserahkan kepada siswa
b.      Untuk mencari keputusan suatu masalah
c.       Untuk menimbulkan kesanggupan pada peserta didik dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
d.      Untuk membiasakan peserta didik yang sulit mendengar pendapat orang lain.
e.       Membiasakan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.


4.      Metode tugas belajar dan resitasi
Metode tugas belajar dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.
Metode tugas dan resitasi dapat dipergunakan apabila:
a.       Guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterma siswa lebih mantap.
b.      Untuk mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca dan mengerjakan soal-soal sendiri serta mencobanya sendiri.
c.       Agar siswa lebih rajin dan dapat mengukur kegiatan baik dirumah maupun disekolah.
5.      Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
Metode kerja kelompok dapat dilakukan apabila :
a.       Kekurangan fasilitas didalam kelas.
b.      Kemampuan siswa berbeda-beda,
c.       Minat antara individu berbeda-beda.
6.      Metode demostrasi dan eksperimen
Metode demonstrasi adalah metode yang mencoba mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, sedangkan metode eksperimen adalah metode yang mencoba mengerjakan sesuatu dan mengamati prosesdan hasil percobaan tersebut.
Metode demonstrasi dan eksperimentasi dapat dilakukan apabila:
a.       Anak mempunyai keterampilan tertentu
b.      Untuk memudahkan berbagai penjelasan
c.       Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian
d.      Untuk menghindari verbalisme.
7.      Metode sosiodrama dan bermain peranan (Role Playing)
Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan social, sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan dimana para siswa diikut sertakan dalam permainan peranan didalam mendemonstrasikan masalah-masalah social.
Penggunaan metode sosiodrama dan bermain peranan dilakukan :
a.       Apabila ingin melatih anak-anak agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat social psikologis.
b.      Apabila akan melatih anak-anak agar mereka dpaat bergaul dan memberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya.
c.       Apabila ingin menerangkan suatu peristiwa didalamnya menyangkut orang banyak.
8.      Metode problem solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Langkah-langkah metode ini:
a.       Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b.      Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
c.       Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
d.      Menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah tersebut.
e.       Menarik kesimpulan.
Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari pada para pengajar.
9.      Metode latihan (drill)
Drill merupakan metode mengajar dengan memberikan latihan-latihan kepada siswa utnuk memperoleh suatu keterampilan. Latihan ini merupakan kegiatan yang selalu diulang-ulang.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode ini:
a.       Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
b.      Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis.
c.       Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
d.      Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
e.       Proses latihn hendaknnya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
10.  Metode karyawisata
Karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa mengunjungi objek yang akan dipelajari. Dengan metode ini, guru mengajak siswa ke objek tertentu gunan membantu siswa untuk memahami kehidupan riil beserta segala masalahnya.
a.       Tahap pelaksanaan
Persiapan atau perencanaan itu meliputi tindakan-tindakan :
1)      Memperhitungkan jumlah siswa yang akan berkaryawisata.
2)      Mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan.
3)      Memberikan penjelasan tentang cara membuat laporan.
4)      Memperhitungkan keadaan iklim, musim dan cuaca.
5)      Menjelaskan secara global keadaan objek yang dikunjungi.
6)      Membentuk kelompok siswa dan menentukan tugas kegiatan untuk masing-masiing kelompok.
b.      Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah suatu tahap dimana dilaksanakan suatu acara yang telah dipersiapkan di sekolah. Setelah sampai dilokasi obyek karyawisata, segala sesuatu diatur seperti apa yang telah direncanakan.
c.       Tahap tindak lanjut
Tahap tindak lanjut adalah tahap setelah siswa kembali ke sekolah. Kemudian dikelas diadakan lagi diskusi dan pertukaran atau pelengkapan data yang telah diperleh dan dicatat siswa selama peninjauan.


BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif.
Ada beberapa macam metode pengajaran yang dapat digunakan, yaitu:
1.      Metode ceramah
2.      Metode Tanya jawab
3.      Metode diskusi
4.      Metode tugas belajar dan resitasi
5.      Metode kerja kelompok
6.      Metode demonstrasi dan eksperimen
7.      Metode sosiodrama dan bermain peranan
8.      Metode problem solving
9.      Meode latihan (drill)
10.  Metode karyawisata
a.      Saran
Dalam mengajar, banyak metode yang dapat digunakan secara bervariasi agar tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada siswa pada saat belajar. Untuk itu, sebaiknya kita perlu memilih dan menentukan metode apa yang cocok untuk kita gunakan sesuai dengan kondisi guru, situasi, tujuan serta peserta didik itu sendiri.






DAFTAR PUSTAKA
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching. Jakarta; Quantum Teaching.
Alma, Buchari. 2010. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung; Alfabeta.
Muhammad Ismail. 2012. Penerapan Metode Mengajar. http://www.smp1belawa.com. Januari 2012.
            . 2011. Prinsip-Prinsip Metode Mengajar. http://yusrikeren85.blogspot.com. 19 November 2011.